Bank Sentral Global Memasuki 'Minggu Super': Fokus pada Kebijakan Moneter AS, Jepang, dan Inggris
Minggu depan akan menandai dimulainya "minggu super" bagi bank-bank sentral di seluruh dunia, termasuk pertemuan kebijakan moneter negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Inggris, yang telah menarik perhatian besar pasar.

Wakil Presiden Bank Sentral Eropa Luis de Guindos baru-baru ini menunjukkan bahwa ketidakpastian ekonomi yang ditimbulkan oleh pemerintahan Trump bahkan melampaui dampak pandemi virus corona baru.
Ia secara khusus menyebutkan bahwa kebijakan tarif Trump, rencana untuk mencabut regulasi sistem keuangan, dan reformasi pajak perusahaan berskala besar semuanya telah memperburuk volatilitas pasar dalam jangka pendek dan menimbulkan tantangan besar bagi ekspektasi inflasi dan tren suku bunga. Kata-kata ini memberikan latar belakang ekonomi untuk "Super Week" mendatang.
Minggu depan, bank sentral di seluruh dunia akan mengadakan pertemuan kebijakan moneter penting satu demi satu, dengan fokus pada ekonomi global utama seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Inggris. Karena risiko ketegangan perdagangan global meningkat dan arah kebijakan AS masih belum jelas, perhatian pasar akan difokuskan pada keputusan kebijakan dari dua bank sentral utama, Amerika Serikat dan Jepang.
Dengan latar belakang ini, bank sentral di banyak negara termasuk Inggris, Swiss, dan Swedia juga akan mengumumkan keputusan suku bunga satu demi satu. Meskipun kondisi ekonomi di berbagai negara berbeda-beda, pasar secara umum memperkirakan bahwa bank sentral utama akan mempertahankan sikap "hati-hati" dan "menunggu dan melihat" di bawah pengaruh ketidakpastian yang disebabkan oleh "kebijakan Trump."
Pertemuan The Fed bulan Maret: Kemungkinan besar suku bunga tidak akan berubah
Morgan Stanley memprediksi bahwa jika data ekonomi mendatang sesuai dengan ekspektasi, Federal Reserve kemungkinan akan mempertahankan kisaran target suku bunga dana federal tidak berubah pada 4,25%-4,50% pada pertemuannya di bulan Maret, sembari menekankan mempertahankan bias kebijakan yang akomodatif dan mengirimkan sinyal kesabaran.
Morgan Stanley mengemukakan bahwa di bawah kepemimpinan Powell, Federal Reserve akan terus mengandalkan kebijakan yang didorong oleh data daripada terlalu mengandalkan prakiraan. Oleh karena itu, kecuali jika terjadi perubahan besar dalam data ekonomi, Fed tidak akan dengan mudah menyesuaikan suku bunga atau memberikan terlalu banyak arahan mengenai jalur kebijakan di masa mendatang.
Selain itu, Morgan Stanley memperkirakan jalur kebijakan Fed akan tetap stabil dan memprediksi dua kali pemotongan suku bunga tahun ini, sehingga suku bunga menjadi 3,9%, dan dua kali pemotongan suku bunga lagi tahun depan, sehingga suku bunga menjadi 3,4%. Prakiraan tersebut mencerminkan optimisme Fed yang hati-hati tentang ekonomi masa depan dan menekankan pentingnya ketergantungan pada data.
Jika "kesabaran" Fed tercermin dalam strategi menunggu dan melihat, maka Bank Jepang menghadapi lebih banyak pilihan "dilema".
Tantangan kebijakan Bank Jepang: permainan antara pemulihan domestik dan risiko eksternal
Dengan berakhirnya kebijakan suku bunga negatif selama bertahun-tahun oleh Bank of Japan pada bulan Januari dan kenaikan suku bunga untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade, pasar mengharapkan pemulihan ekonomi Jepang dan memperkirakan bank sentral akan menaikkan suku bunga lebih lanjut. Namun, perubahan dalam lingkungan eksternal, terutama kebijakan perdagangan pemerintahan Trump, telah membuat prospek kebijakan Bank of Japan menjadi lebih tidak terduga.
Gubernur Bank Jepang Kazuo Ueda baru-baru ini menyampaikan kepada parlemen bahwa meskipun ia optimis tentang pemulihan konsumsi domestik, ia sangat khawatir tentang ketidakpastian dalam ekonomi luar negeri. Pernyataan ini memperdalam keraguan pasar tentang apakah Bank Jepang akan mempercepat laju kenaikan suku bunga.
Lebih dari dua pertiga ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan Bank of Japan akan menaikkan suku bunga menjadi 0,75% pada kuartal ketiga, kemungkinan besar pada bulan Juli. Namun, seiring meningkatnya ketidakpastian dalam ekonomi global, pasar secara umum percaya bahwa Bank of Japan tidak akan terburu-buru untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut dalam jangka pendek.
Konsensus antar bank sentral global: Sikap hati-hati dan menunggu menjadi tema utama
Sikap hati-hati Federal Reserve dan Bank Jepang bukanlah fenomena yang berdiri sendiri, tetapi mencerminkan tren umum bank sentral di seluruh dunia saat ini. Dalam situasi ekonomi global yang penuh ketidakpastian saat ini, banyak bank sentral, termasuk Bank of England, Bank Nasional Swiss, Bank Sentral Swedia, Bank Sentral Afrika Selatan, dan Bank Sentral Rusia, mungkin juga memilih untuk tetap berada di pinggir lapangan dan mempertahankan tingkat suku bunga saat ini.
Ketika ekonomi global menghadapi banyak tantangan, terutama ketidakpastian yang disebabkan oleh "kebijakan Trump", "kehati-hatian" dan "tunggu dan lihat" tampaknya telah menjadi konsensus bank sentral di seluruh dunia dan telah menjadi label kebijakan paling kritis dari "Minggu Super Bank Sentral" ini.
Bonus rabat untuk membantu investor berkembang di dunia trading!